Oleh : Vina Lailatul Maghfiroh
Begitu banyak nikmat yang telah diberikan oleh Allah kepada manusia. Namun acap kali manusia tidak bersyukur atas segala nikmat yang telah diberikan. Bahkan seringkali manusia mengeluh saat kenyataan tak sesuai dengan harapan. Hal itu bisa terjadi sebab harapan atau ekspektasi itu yang terlalu tinggi ataupun disebabkan karena belum tertanamnya iman yang kuat dalam diri manusia terhadap qadha’ dan qadar Allah. Boleh saja kita sebagai manusia berusaha sekuat tenaga, namun jangan lupa bahwa tetap ada kuasa Allah di atas segalanya. Manusia wajib berusaha dan berdoa, Tuhanlah yang menentukan hasilnya.
Berbicara mengenai harapan, tentunya di dunia ini tidak ada manusia yang ingin tertimpa kemalangan atau suatu musibah. Misalnya saja dipecat dari pekerjaan, ditinggal wafat oleh orang-orang terdekat, kebangkrutan dalam suatu usaha, dan sebagainya. Tak ayal seluruh manusia ingin mendapatkan yang baik-baik saja di dunia ini. Namun, dibalik suatu kejadian yang menimpa, baik itu baik maupun buruk, tentu saja ada hikmah dibaliknya. Tuhan tidak akan menjadikan semua di dunia ini sia-sia. Hanya saja sedikit manusia yang bisa mengambil hikmah dari peristiwa tersebut.
Ada pesan indah dari Prof. Dr. Quraish Shihab, “Keberuntungan kadang memainkan perannya dalam kehidupan manusia, sekalipun kerap tidak masuk akal. Karena itulah takdir mereka. Boleh jadi keterlambatanmu dari suatu perjalanan ialah keselamatanmu. Boleh jadi tertundanya pernikahanmu ialah suatu keberkahan. Boleh jadi dipecatnya engkau dari pekerjaan ialah suatu maslahat. Boleh jadi engkau membenci sesuatu tapi itu ternyata baik untukmu, karena Allah Maha Mengetahui, sedangkan engkau tidak mengetahui. Sebab itu, jangan engkau merasa gundah terhadap segala sesuatu yang terjadi padamu, karena semuanya sudah atas izin Allah. Jangan banyak mengeluh karena hanya akan menambah kegelisahan.”
Berkenaan dengan hal ini terdapat pada firman Allah Q.S. Al-Baqarah: 216, yang berbunyi:
ÙˆَعَسَÙ‰ٰٓ Ø£َÙ† تَÙƒْرَÙ‡ُوا۟ Ø´َÙŠْÙ€ًٔا ÙˆَÙ‡ُÙˆَ Ø®َÙŠْرٌ Ù„َّÙƒُÙ…ْ ۖ ÙˆَعَسَÙ‰ٰٓ Ø£َÙ† تُØِبُّوا۟ Ø´َÙŠْÙ€ًٔا ÙˆَÙ‡ُÙˆَ Ø´َرٌّ Ù„َّÙƒُÙ…ْ ۗ ÙˆَٱللَّÙ‡ُ ÙŠَعْÙ„َÙ…ُ ÙˆَØ£َنتُÙ…ْ Ù„َا تَعْÙ„َÙ…ُون
“....Boleh jadi kamu tidak menyukai sesuatu, padahal itu baik bagimu. Dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal itu buruk bagimu. Allah mengetahui sedangkan kamu tidak mengetahui.”
Di dalam Tafsir Al-Mishbah dijelaskan bahwa kata {عَسَÙ‰} yang diterjemahkan bisa jadi dan yang mengandung makna ketidakpastian, tentu saja bukan dari sisi pengetahuan Allah, karena tidak ada sesuatu yang tersembunyi atau tidak pasti bagi-Nya. Ketidakpastian adalah dari sisi manusia; dalam arti bila seseorang menghadapi perintah Ilahi yang harus ia indahkan atau ketetapannya yang tidak bisa ia elakkan, sedang hal-hal tersebut tidak menyenangkannya, maka ketika itu hendaknya manusia menanamkan rasa optimisme dalam jiwanya dan berkata bisa jadi dibalik ketetapan yang tidak berkenan di hati itu ada sesuatu yang baik. Demikian pula sebaliknya, seseorang yang sedang menikmati kebahagiaan hidup hendaknya pula tidak bergembira sampai pada batas lupa diri. Karena bisa jadi dibalik yang disenangi itu adalah mudharat. Ayat ini mengingatkan manusia agar berserah diri kepada Allah sekaligus mendorongnya untuk hidup seimbang, tidak kehilangan optimisme ketika ditimpa kesedihan dan sekaligus tidak larut dalam kegembiraan yang menjadikannya lupa daratan.
Sedangkan dalam tafsir Ibn Katsir disebutkan bahwa ayat ini mencakup semua hal. Adakalanya seseorang mencintai sesuatu, sedangkan padanya tidak ada kebaikan atau suatu maslahat pun baginya. Kemudian Allah berfirman ÙˆَاللّÙ‡ُ ÙŠَعْÙ„َÙ…ُ ÙˆَØ£َÙ†ْتُÙ…ْ Ù„َا تَعْÙ„َÙ…ُÙˆْÙ†َ yang maksudnya, Allah lebih mengetahui tentang akibat dari seluruh perkara daripada kalian, dan lebih melihat tentang hal-hal yang di dalamnya terkandung kemaslahatan dunia dan akhirat bagi kalian. Maka perkenankanlah seruan-Nya dan taatilah perintah-Nya, mudah-mudahan kalian mendapatkan petunjuk.
Kiranya ayat ini sudah cukup jelas untuk menentukan bagaimana kita bersikap ketika kita tertimpa suatu peristiwa yang tidak kita harapkan dan tidak kita duga sebelumnya. Yang perlu kita lakukan adalah berlapang dada dan menyakini bahwa ada hikmah besar dibalik peristiwa itu, dan itu di luar kendali kita. Kita harus selalu berbaik sangka kepada Allah, karena Allah sesuai dengan persangkaan hamba-Nya bukan?
Mungkin cukup sekian tulisan saya kali ini, selamat membaca dan semoga bermanfaat!
Penulis merupakan Mahasiswi semester 5
Editor : Iid Muhyidin
Sumber gambar: popmama.com |