Ilustrasi Ramadan di Temgah Pandemi |
Ramadan Telah Tiba, Pandemi Tak Kunjung Sirna
Oleh: Ita Ulfazriyah
Ramadan telah tiba, namun wabah covid-19 belum
juga reda, berbagai upaya, berbagai usaha, berbagai do’a telah kita lakukan
bersama. Tetapi, penularan di luar sana masih saja ada. Sehingga dalam rangka
untuk memperkuat lagi tentang upaya Physical Distancing, maka pemerintah
memberikan kesempatan kepada seluruh pemerintah daerah untuk secara perjenjang,
secara terstruktur, mengajukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).
Hakikat
dari PSBB sebenarnya adalah untuk menegaskan pembatasan aktivitas sosial orang
perorang yang sangat memungkinkan terjadinya penularan. oleh karena itu, mari
kita patuhi bersama-sama tentang
ketentuan-ketentuan Physical Distancing. Dalam keadaan seperti ini dan bulan
Ramadhan pun semakin dekat kemungkinan besar Physical Distancing masih
diberlakukan.
Bulan
Ramadan, umat Islam seluruh dunia pasti tahu akan bulan itu, yang mana ketika
kita beribadah dan berbuat baik dapat dilipatgandakan oleh Allah SWT. Tapi,
bulan Ramadan kali ini berbeda dengan bulan sebelumnya, karena bulan Ramadan
tahun ini di mana manusia lebih dulu dikurung ketimbang setan dan sekutunya.
Meskipun
pemerintah mengambil kebijakan untuk tetap dirumah tapi masih banyak masyarakat
yang masih berkeliaran dan berkumpul yang tidak berkepentingan. Bukankah kebijakan
itu sesuatu yang harus kita syukuri? Karenanya
Allah telah menegaskan seperti dalam
FirmanNya surat Ibrahim ayat 7 yang artinya:
Dan
(ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan, “Sesungguhnya jika kamu
bersyukur, pasti kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu
mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih”
Menurut
tafsir Al-Muyassar, karangan Imam Aidh Al-Qarni tentang ayat tersebut
dijelaskan bahwa jika kalian bersyukur kepadaNya atas nikmat nikmatNya,
pastilah dia akan memberikan tambahan karunia kepada kalian, dan jika kalian
mengingkari nikmat nikmatNya, niscaya dia benar-benar akan menyiksa kalian
dengan siksaan yang pedih
Dengan
bersyukur, begitu banyak hal-hal positif yang bisa kita lakukan seperti:
Pertama,
kita lebih fokus ibadah di rumah, tidak terbawa arus ngabuburit yang terkadang
hanya membuang-buang waktu saja.
Kedua,
berjuang melawan hawa nafsu. Tuntutan di rumah saja seolah juga mendukung kita
untuk menahan hawa nafsu dari godaan-godaan yang ada di luar rumah, begitu pun
Syekh Imam Al-Bushiri menuliskan syair dalam Burdah nya yang berbunyi :
"Nafsu
itu ibarat bayi yang menangis minta untuk disusui, jika tidak dipenuhi
keinginannya ia akan terus menangis, dan jika dipenuhi ia akan terus menyusu,".
Ketiga,
kita dapat mengasah hobi yang berbuah menjadi bakat jika terus-menerus kita
asah. Semisal hobi melukis, jika kita sering melukis dan memperdalam dunia
lukis maka pada diri seseorang akan timbul bakat yang tak terduga.
Keempat,
kita juga lebih banyak menghatamkan Al-Qur’an dan mentadabburinya. Karena kita
lebih banyak waktu dirumah ketika bulan puasa, dari pada banyak tidur mending
kita banyak membaca Al-Qur’an.
Dan
tentunya masih banyak lagi hal hal yang bermanfaat yang bisa kita lakukan.
Dalam
hal ini begitu banyak hikmah yang bisa kita ambil dalam wabah ini. Kita sebagai
manusia yang mengharapkan Ridha Allah SWT, jangan pernah berpikir bahwa musibah
ini tidak akan hilang, justru dengan kita lebih mendekatkan diri, intropeksi
diri, dan lebih produktif tentu wabah ini akan berakhir dengan izinNya.
Wallahu
A’lam
*Penulis merupakan Mahasiswa Ilmu Alqur'an dan Tafsir IAIN Syekh Nurjati Cirebon Semester II
*Penulis merupakan Mahasiswa Ilmu Alqur'an dan Tafsir IAIN Syekh Nurjati Cirebon Semester II
: